PROFESIKU DI JALAN DAKWAH
“Al-islamu ya’lu wala yu’la” (agama islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat meninggikan), berdakwah lewat profesi kita merupakan instrument yang sangat efektif demi kelestarian dan tegaknya agama islam di muka bumi. Contoh sederhananya yaitu seseorang yang ahli di bidang kimia, dapat menjadi dosen, teknisi dan mengajarkan keahliannya dengan menyelipkan nilai-nilai keislaman dan mengkolaborasikan antara ilmu kimia dengan konsep islam yang ada, sehingga secara tidak langsung dakwah berjalan dengan jalan tersebut.
Kata-kata itu yang sering penulis ingat adalah “Sampaikan walau hanya satu ayat” yang berarti bahwa dakwah tidak harus selalu disampaikan oleh kyai dan ustadz di berbagai masjid yang jama’ahnya dari golongan mereka saja, tapi juga perlu orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing yang Islami. Boleh jadi pedagang yang jujur dalam proses jual belinya, pemimpin yang adil dan pro terhadap rakyatnya, dokter yang amanah dan tukang becak yang semangat bekerja dan solat tepat waktu.
Pada zaman globalisasi saat ini muncul sebuah stigma yang berkembang dan mengatakan bahwa terjadi sebuah dikotomi ilmu pengetahuan. Apalagi jika dibandingkan dan difikir secara logika antara islam dan ilmu umum seperti kimia adalah dua hal yang sangat berbeda bagaikan dua belah keping logam yang tidak akan pernah ketemu. Padahal sebenarnya dalam Al-Qur’an pun juga menjelaskan tentang ilmu kimia.
Salah satu ayat Al Quran yang menjelaskan tentang proses terjadinya hujan, yaitu Surat Ar-Ruum ayat 48 yang artinya "Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira."
Dan dalam ayat lain yang menjelaskan tentang pendidihan besi yaitu Surat Al-Kahfi ayat 96:
"berilah aku potongan-potongan besi." Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu."
Firman Allah SWT. diatas merupakan sebuah bukti bahwa sebenarnya islam tidak hanya menjelaskan konsep ibadah seperti solat, puasa, dan haji semata tapi juga mencakup seluruh pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia misalnya di bidang kimia.
Sebagaimana yang terjadi dengan para Kimiawan Muslim di zaman kekhalifahan yang telah meletakkan pondasi ilmu kimia modern. Bahkan menurut Will Durant, kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam. “Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar,” ungkapnya. Penulis sendiri sangat bersyukur karena selain ditakdirkan menjadi seorang muslim, juga merupakan seorang Kimiawan yang tentu suatu saat nanti akan memberikan perubahan besar bagi dunia ini.
Sedangkan peradaban Islam sendiri telah memperkenalkan ovservasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti. Tidak hanya itu, namun sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam di masa kejayaan telah melakukan revolusi dalam bidang kimia. Kimiawan Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia. Dengan memanfaatkan ilmu kimia, Ilmuwan Islam di zaman kegemilangan telah berhasil menghasilkan sederet produk dan penemuan yang sangat dirasakan manfaatnya hingga kini.
Dari fenomena diatas dapat kita ketahui bahwa Kimiawan yang telah banyak membantu di bidang kimia ialah Kimiawan Muslim bukan Ilmuwan dari Yunani yang terkenal dengan kecerdasannya dalam mencetuskan berbagai teori. Jadi penulis yakin bahwa berdakwah atau menyebarkan nilai-nilai Agama Islam melalui keahlian dan bidang masing-masing misalnya kimia adalah cara yang efektif karena hakikat sesungguhnya adalah dakwah itu bisa dilakukan dimana saja, oleh siapa saja, dan apapun profesinya.
Seorang pedagang di pasar pun juga dapat berdakwah kepada para pembeli lewat sikapnya yang jujur dalam melakukan jual beli dengan siapapun. Contoh profesi lain misalnya sebagai presiden (pemimpin) yang bertaqwa, adil dan pro-aktif melayani rakyatnya. Dengan demikian, secara tidak langsung pemimpin tersebut sudah berdakwah dengan cara memberikan teladan dan contoh yang baik.
Oleh karena itu, berdakwah lewat profesi bukanlah menjadi sebuah kewajiban lagi bagi kita selaku seorang muslim. Namun hal ini adalah kebutuhan yang harus kita lakukan demi bangkitnya agama islam mengingat hakikat status kita sebagai hamba Allah yang mempunyai dua amanah besar yaitu Mengabdi dan Khalifah (pengatur) di muka bumi.
Komentar
Posting Komentar