MEMILIH ZAT ADITIF YANG BAIK DIKONSUMSI UNTUK KESEHATAN TUBUH
Zainur Rahman,dkk.
ABSTRAK
Pada zaman dulu, teknik pengolahan makanan hanya
menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit, cabe, gula, pandan, dsb. Karena
manusia tidak hanya puas dengan bahan alami dalam memenuhi kebutuhan dan
peningkatan kualitas hidupnya, maka dibuatlah bahan sintesis. Zat aditif
sintesis aman dikonsumsi selama masih dalam ambang batas aman penggunaannya.
Batas penggunaan bahan makanan ini, diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 722/Menkes/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan,
berdasarkan ADI (Acceptable Daily Intake), yaitu tidak menimbulkan bahaya jika
dikonsumsi oleh manusia dengan dasar perhitungan yaitu perkilogram berat badan.
Kata
kunci: Zat aditif, makanan, keshatan, tubuh.
PENDAHULUAN
Topik-topik yang dibahas pada artikel ini
meliputi zat aditif yang berada dalam makanan dan proses reaksi zat
tersebut pada makanan.
Zat aditif yang berada pada makanan
diantaranya:
1.
Zat Pewarna
Adalah bahan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan agar menarik.
Zat pewarna dibedakan atas zat pewarna alami dan zat pewarna
buatan.
- Zat
Pewarna Alami
Contoh :
-
Daun pandan dan suji pemberi warna hijau
-
Kunyit pemberi warna kuning
-
Coklat pemberi warna coklat
-
Wortel pemberi warna kuning merah
-
Karamel pemberi warna hitam coklat
- Zat
Pewarna Buatan
Contoh:
- Eritrosin
pemberi warna merah
Misal: untuk minuman ringan dan makanan cair
- Hijau
FCF
Misal: untuk pemberi warna
es krim, buah pir kalengan, jem, jelly, saus apel dan udang kalengan.
- Kuning
FCF pemberi warna kuning
Misal: untuk es krim, yoghurt, jem, jelly.
Hasil penelitian FAO/WHO tidak menetapkan ambang batas
pemakaian zat warna tetapi ambang batas konsumsi perhari yang diperkenankan
yang dikenal dengan singkatan ADI (Acceptable Daily Intake). Penetapan itu
dilakukan setelah terjadi kasus keracunan zat pewarna pada kembang gula dan
“popcorn” dengan dosis yang terlalu tinggi. Akibat keracunan itu, anak
menderita diare.
2.
Zat Pemutih
Selain zat pewarna makanan kita mengenal zat pemutih makanan.
Misalnya: oksidaklor, hydrogen peroksida, benzoil peroksida, dll. Zat pemutih
ini baik untuk memperbaiki warna bahan makanan tanpa merusak komposisi bahan
makanan. Contoh: tepung yang masih baru biasanya berwarna kuning
kecoklat-coklatan atau kuning keabu-abuan. Zat-zat pemutih tersebut dapat
digunakan untuk memutihkan tepung tadi. Hidrogen peroksida biasa digunakan
untuk memutihkan warna susu yang digunakan untuk membuat keju.
Ada zat pemutih yang memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai
pemutih warna zat makanan juga sebagai pereaksi untuk menjadikan bahan makanan
itu larut dalam air. Misalnya: natrium hipoklorit digunakan agar pati yang
tidak larut dalam air menjadi larut dalam air.
3.
Zat Penyedap Rasa dan Pemberi Aroma
Ini sering disebut sebagai zat cita rasa makanan. Misalnya,
bumbu-bumbuan yang berasal dari alam, contoh: pala, merica laos, dll.
i. Zat
Penyedap Rasa
Zat penyedap rasa makanan yang paling banyak digunakan
adalah MSG (Monosodium glutamat) atau sering disebut Vetsin dan asam cuka. MSG
dibuat dari fermentasi tetes tebu dengan bantuan bakteri Micrococcus
glutamicus. Zat penyedap rasa jika penggunaannya berlebihan maka
menimbulkan penyakit. Contoh penggunaan MSG di restoran Cina dan Jepang, jika
penggunaan MSG berlebihan maka menimbulkan penyakit yang dikenal dengan nama Sindrom
Restoran Cina (Chinese Restaurant Syndrome) dengan gejalanya pusing, lelah atau
sesak napas.
Contoh penyedap rasa lainnya: natrium/kalium guanilat dan natrium/kalium
inosinat.
ii. Zat
Pemberi Aroma
Zat pemberi aroma banyak digunakan dari golongan ester dengan rasa atau
aroma buah. Kebanyakan zat pemberi aroma digunakan dalam minuman.
Contoh :
4.
Benzaldehida untuk pemberi aroma buah lobi-lobi
5.
Etil butirat untuk pemberi aroma buah nanas
6.
Amil asetat untuk pemberi aroma buah pisang
7.
Amil valerat untuk pemberi aroma buah apel
8.
Isoamil asetat untuk pemberi aroma buah pisang ambon
9.
Isobutil propionat untuk pemberi aroma buah rum
10. Oktil
asetat untuk pemberi aroma buah jeruk
11. Metil
salisilat untuk pemberi aroma minyak gandapura (wintergreen).
12. Propil
asetat untuk pemberi aroma buah pir.
4.
Zat Pemanis
Pemanis buatan adalah zat aditif yang dapat menyebabkan rasa
manis pada makanan, tetapi bahan ini tidak mempunyai nilai gizi. Zat manis
tidak berkalori dan tidak ikut dalam proses metabolisme tubuh. Oleh Karena itu,
bahan ini digunakan sebagai bahan pengganti gula pada penderita kencing manis.
Gula baik yang terbuat dari tebu maupun dari enau atau kelapa
diuraikan oleh zat dalam tubuh manusia menjadi glukosa. Glukosa ini dioksidasi
oleh oksigen menjadi gas CO2 dan H2O disertai dengan
kalor atau tenaga.
Zat pemanis yang tidak menghasilkan kalori ini misalnya:
i. Sakarin
Sakarin mempunyai tingkat kemanisan 500 kali lebih manis dari gula.
ii. Natrium
Siklamat
Natrium siklamat mempunyai tingkat kemanisan 50 kali lebih manis dari
gula. Zat pemanis jenis ini dicurigai sebagai penyebab kanker Karena hasil
metabolisme siklamat merupakan senyawa yang bersifat karsinogen. Adapun hasil
penelitian pada tikus menunjukkan ada kemungkinan besar bahwa pembuangan
senyawa ini melalui urine dapat merangsang tumbuhnya tumor dalam kemih.
iii. Sorbitol
Sorbitol merupakan suatu senyawa polihidroksi yang mengandung kalori sama
dengan gula. Zat pemanis jenis ini digunakan sebagai pemanis permen. Sorbitol
tidak terurai dalam mulut sehingga tidak merusak gigi. Namun, pemakaian yang
berlebihan dapat menimbulkan diare.
Dulsin adalah zat pemanis yang mempunyai tingkat kemanisan 250 kali lebih
manis dari gula. Pemanis ini dilarang penggunaannya oleh Depkes RI.
Aspartan merupakan zat pemanis yang mempunyai tingkat kemanisan 200 kali
lebih manis dari gula.
Zat pemanis biasanya digunakan pada pembuatan permen, minuman
ringan, es krim, dll.
5.
Zat Pengawet
Zat pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, atau penguraian makanan oleh mikroorganisme, pengawet
alami dapat dilakukan dengan cara memasukan bahan makanan ke dalam garam atau
diasinkan
Zat pengawet yang sering digunakan adalah zat pengawet yang
mudah dibuat misalnya natrium benzoat, natrium nitrat, asam propianat, dan
kalium sorbat. Natrium benzoat digunakan untuk bahan makanan yang mudah basi,
benzoat efektif pada pH 2,5-40.
Zat pengawet makanan yang dilarang Departemen Kesehatan
adalah formalin, boraks dan asam salisilat
Etilen oksida dan etil format adalah bahan fumigasi yang
digunakan untuk menghilangkan hama dari bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan
buah-buahan kering.
Terlalu banyak makan-makanan yang mengandung zat pengawet
akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit.
6.
Zat Pengatur keasaman
Zat pengatur keasaman berfungsi untuk mengasamkan,
menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman, contoh asam asetat, asam
klorida, asam sitrat, dan natrium karbonat.
Pemakaian zat-zat aditif pada makanan yang diperbolehkan mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Mempertahankan kualitas gizi makanan
2.
Mempertinggi mutu atau stabilitas dengan mengurangi
kerusakan makanan
3.
Menambah makanan lebih menarik
4.
Diperlukan dalam proses pengolahan bahan makanan
Zat aditif dapat bersifat racun dan merugikan kesehatan
apabila penggunaannya tidak sesuai dengan aturan. Kesalahan yang dapat
merugikan berasal dari:
a.
Zat aditif yang digunakan tidak tepat sesuai fungsinya
b.
Pemakaian zat aditif yang over dosis, dan
c.
Pemakaian insektisida di rumah dapat mencemari makanan
7.
Sekuantran
Sekuentran adalah bahan aditif dalam makanan yang dapat
mengikat ion-ion logam yang ada dalam makanan dan membentuk senyawa kompleks.
Dengan terikatnya ion-ion tersebut dapat dihambat terjadinya proses oksidasi
yang dapat menimbulkan perubahan warna dan aroma. Bahan aditif yang berfungsi
sebagai sekuantran ialah asam sitrat, asam fosfat dan garamnya, serta kalsium
diantrium EDTA (Ethylene Diamine Tetra Atetic Acid).
8.
Anti Oksidan
Minyak dan lemak akan dapat menjadi tengik bila di simpan
lama. Ketengikan minyak disebabkan karena oksidasi dari udara. Untuk mencegah
ketengikan minyak biasanya digunakan anti oksidan. Contoh anti oksidan adalah
asam askorbat (bentuk garam kalium, natrium, dan kalsium) yang digunakan pada
daging olahan, kaldu dan buah dalam keemasan kaleng. Butil Hidroksil Anisol
(BHA) digunakan untuk lemak dan minyak. Butil Hodroksil Toluene (BHT) digunakan
untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.
9.
Penambah Gizi dan Vitamin
Zat ini adalah bahan aditif dalam makanan yang berupa asam
amino, mineral ataupun vitamin. Fungsinya untuk memperbaiki gizi makanan
contohnya asam askobat, feri fosfat penyakit tertentu serta pertumbuhan
misalnya iodium dan mineral (Ca2+, Mg2+, dan Fe3+)
Komentar
Posting Komentar