Membangkitkan Semangat Sains “Science” sebagai Bekal Mahasiswa Baru 2013 dalam Membentuk Karakter Mahasiswa yang Unggul dan Berprestasi
Berbicara tentang Sains, bukanlah sihir modern yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat sekarang ini yang memudahkan kita menikmati segala
hal yang terjadi secara tiba-tiba. Tetapi sains berasal dari kata science yang artinya to know. Serta dapat juga kita artikan
sebagai upaya dari kita untuk mengerti bagaimana alam semesta bekerja, lalu
mencoba memahami dan membuat dunia di sekitar kita mejadi di dalam pikiran
kita. Hal ini dapat menghasilkan teknologi, medis,dan lainnya. Pengetahuan yang
diperoleh dari ilmu melalui observasi, eksperimen, klarifikasi dan analisis.
Sains bukanlah hasil tetapi metode yang digunakan untuk mendapatkannya.
Di negara Indonesia, ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi
sangat berkembang pesat dan dapat menyejahterakan masyarakat. Namun masih banyak
permasalahan yang di hadapi bangsa ini terutama masalah budaya, yaitu budaya
instant. Budaya instant adalah kebiasaan menyukai hal-hal yang bersifat
langsung. Sering kita lihat dalam kehidupan kita apalagi anak kos yang sangat
sering sekali makan mie instant padahal mie tersebut tidaklah sehat, dalam
kehidupan masyarakat kita juga sering sekali menjumpai beberapa orang berobat
ke pengobatan alternatif yang tidak masuk akal seperti air Ponari yang
dipercaya bisa menyembuhkan segala penyakit, Sangkal putung yang dipercaya bisa
mengobati patah tulang padahal itu malah memperparah kondisi pasien itu sendiri
meskipun awalnya agak meringankan rasa sakit.
Selain contoh di atas ada lagi yang menjadi sorotan utama yaitu
ingin kaya secara instant dengan Korupsi dan pergi ke dukun minta di lancarkan
rezekinya. Pergi ke dukun mungkin jarang sekali kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari sebab yang melakukannya biasanya orang-orang yang benar-benar sudah
putus asa atas usaha yang dilakukan. Beda dengan korupsi yang sangat sering
kita lihat dalam setiap bidang seperti kesehatan, pembangunan jalan,
pendidikan, pengadilan, pejabat negara, dan lainnya. Bahkan kebiasaan korupsi
ini sudah menjadi tradisi dalam bangsa ini meskipun tidak semua melakukannya.
Dari beberapa contoh di
atas bukan berarti masyarakat di Indonesia buta tentang sains. Seperti yang
kita tahu mata pelajaran yang didapat generasi muda kita di sekolah dasar dan
menengah, dan atas mengajarkan tentang sains. Namun, pengajaran tersebut
terkesan tidak terhubung antar bidang keilmuan satu sama lain dan tidak
aplikatif dalam dunia sehari-hari. Ketika mahasiswa di kampus mempelajari ilmu fisika,
kimia, dan biologi, banyak dari mereka hanya dapat memandang berbagai pelajaran
tersebut sebagai sarana untuk mendapatkan nilai dan ijazah, bukan untuk
mendapatkan pengetahuan yang menarik dan berguna dalam menyelesaikan masalah.
Sehingga setelah mereka lulus dari Perguruan Tinggi, mereka bingung mau melakukan (membuat karya) apa, bahkan ada juga di antara mereka yang terpaksa menganggur atau minimal bekerja yang tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni ketika kuliah. Hal itu bukan karena masalah biasa tetapi masalah semangat mereka dalam proses menuntut ilmu sehingga mereka menjadi Sarjana Pengangguran. Dari contoh tersebut dapat kita cari akar permasalahan yang sebenarnya yaitu ketidakmampuan untuk berfikir kritis sehingga menimbulkan pikiran-pikiran yang menyebabkan masyarakat suka melakukan sesuatu yang bersifat langsung dan tidak berproses.
Oleh karena itu, dari beberapa kasus dan fenomena tersebut seharusnya sejak dini mahasiswa khususnya Mahasiswa Baru Fakultas MIPA 2013 diajarkan esensi dari sains dan bagaimana cara mengaplikasikan sains. Kenapa harus Mahasiswa? Karena Mahasiswa merupakan pelajar tertinggi di tingkat pendidikan. Mahasiswa berasal dari kata “Maha” yang berarti tingkatan tertinggi dan “siswa” yang berarti seorang pelajar. Secara umum mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri, tidak seperti siswa yang masih selalu menunggu intruksi dari seorang guru. Mahasiswa adalah orang yang bebas namun tetap beretika dan bertanggung jawab atas tindakannya, mahasiswa tidak hanya berfikir dangkal akan permasalahan yang dihadapinya namun berfikir dan menganalisa agar setiap tindakan yang dilakukan berbuah hasil dan tidak sia-sia, apalagi sampai mencelakakan dirinya.
Bila dari awal mahasiswa sudah dilatih untuk bersikap kritis, mempertanyakan, menyusun hipotesis misalnya membuat PKM-GT yang sederhana, dan melakukan eksperimen dari teori yang dipelajari untuk mengujinya, maka pemikiran atau ideologi mereka akan semakin terbuka dan lebih termotivasi dalam mempelajari sains serta mampu berpikir kritis terhadap pemikiran dan penemuan baru. Inilah titik awal yang dapat membentuk pribadi Mahasiswa yang Unggul dan Berkarakter dan akan membuat ilmu pengetahuan Sains semakin berkembang di Indonesia.
Karena kegelisahan inilah, penulis optimis bahwa mahasiswa dapat menjadi problem solver (pemecah masalah) dari segala problematika yang ada. Akademik memang tanggung jawab utama sebagai pelajar, namun jangan sampai lupa bahwa tanggung jawab kita terhadap bangsa juga besar. Jangan pernah tanyakan apa yang anda dapatkan dari negara dan bangsa, namun apa yang anda dapat berikan terhadap bangsa. Satu kata, yaitu “kontribusi” yang selalu diharapkan oleh bangsa kita.
Sehingga setelah mereka lulus dari Perguruan Tinggi, mereka bingung mau melakukan (membuat karya) apa, bahkan ada juga di antara mereka yang terpaksa menganggur atau minimal bekerja yang tidak sesuai dengan bidang yang ditekuni ketika kuliah. Hal itu bukan karena masalah biasa tetapi masalah semangat mereka dalam proses menuntut ilmu sehingga mereka menjadi Sarjana Pengangguran. Dari contoh tersebut dapat kita cari akar permasalahan yang sebenarnya yaitu ketidakmampuan untuk berfikir kritis sehingga menimbulkan pikiran-pikiran yang menyebabkan masyarakat suka melakukan sesuatu yang bersifat langsung dan tidak berproses.
Oleh karena itu, dari beberapa kasus dan fenomena tersebut seharusnya sejak dini mahasiswa khususnya Mahasiswa Baru Fakultas MIPA 2013 diajarkan esensi dari sains dan bagaimana cara mengaplikasikan sains. Kenapa harus Mahasiswa? Karena Mahasiswa merupakan pelajar tertinggi di tingkat pendidikan. Mahasiswa berasal dari kata “Maha” yang berarti tingkatan tertinggi dan “siswa” yang berarti seorang pelajar. Secara umum mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri, tidak seperti siswa yang masih selalu menunggu intruksi dari seorang guru. Mahasiswa adalah orang yang bebas namun tetap beretika dan bertanggung jawab atas tindakannya, mahasiswa tidak hanya berfikir dangkal akan permasalahan yang dihadapinya namun berfikir dan menganalisa agar setiap tindakan yang dilakukan berbuah hasil dan tidak sia-sia, apalagi sampai mencelakakan dirinya.
Bila dari awal mahasiswa sudah dilatih untuk bersikap kritis, mempertanyakan, menyusun hipotesis misalnya membuat PKM-GT yang sederhana, dan melakukan eksperimen dari teori yang dipelajari untuk mengujinya, maka pemikiran atau ideologi mereka akan semakin terbuka dan lebih termotivasi dalam mempelajari sains serta mampu berpikir kritis terhadap pemikiran dan penemuan baru. Inilah titik awal yang dapat membentuk pribadi Mahasiswa yang Unggul dan Berkarakter dan akan membuat ilmu pengetahuan Sains semakin berkembang di Indonesia.
Karena kegelisahan inilah, penulis optimis bahwa mahasiswa dapat menjadi problem solver (pemecah masalah) dari segala problematika yang ada. Akademik memang tanggung jawab utama sebagai pelajar, namun jangan sampai lupa bahwa tanggung jawab kita terhadap bangsa juga besar. Jangan pernah tanyakan apa yang anda dapatkan dari negara dan bangsa, namun apa yang anda dapat berikan terhadap bangsa. Satu kata, yaitu “kontribusi” yang selalu diharapkan oleh bangsa kita.
Komentar
Posting Komentar