-------( Bus; Milih Ekonomi atau Patas? )-------
Ketika
libur sudah tiba waktunya, entah itu dalam kategori libur pendek yang biasanya di
kampus jatuh pada hari sabtu-minggu ataupun libur panjang seperti libur semestesr
ganjil dan genap para mahasiswa berbondong-bondong pulang kampung (”pulkam”
istilah keren mahasiswa) dengan rasa gembiranya. Ketika ditanyakan kenapa
pulang kampung? Jawabannya macam-macam, ada yang kangen keluarga dan orang
tercinta di rumah, ingin jalan-jalan, berwisata dan berbagai macam alasan
lainnya. Namun bukan itu inti dari tulisan ini, akan tetapi bagaimana memilih
alat transportasi yang biasanya digunakan untuk sarana pulkam. Salah satu alat
transportasi yang biasanya digunakan yaitu bus.
Di
terminal ada dua macam bus yaitu bus ekonomi dan patas. Terdapat sedikit
perbedaan pada kedua macam bus ini, sehingga juga mempengaruhi terhadap
kuantitas penumpang. Namun yang jelas dan pasti tiket atau ongkos untuk bus
patas atau ekonomi berbeda. Yakni sedikit lebih mahal patas dari pada bus
ekonomi, karena memang fasilitas yang memadai di dalamnya seperti AC , TV dan
lain sebagainya. Namun disamping kelebihan dari bus patas tersebut, ternyata
juga ada kekurangannya seperti dilarang merokok di dalam bus dan hal inilah
yang sebenarnya tidak disukai oleh mayoritas orang (penumpang) khusunya para
perokok aktif, untungnya saya bukan termasuk golongan para ahli hisab (perokok).
Sedangkan pada bus ekonomi tidak ada larangan untuk merokok di dalam bus, sehingga juga akan berpengaruh terhadap minat penumpang yang relatif lebih banyak dari pada bus patas. Selain itu, yang membuat orang lebih suka naik bus ekonomi adalah ongkos yang lebih murah. Dan menurut sepengetahuan penulis ketika membandingkan antara kedua macam bus tersebut, sebenarnya bus ekonomi lebih sosialis dari pada patas, karena dapat dirasakan oleh semua kalangan baik pengamen, penjual, bahkan pengemis pun dapat masuk ke bus ekonomi ini. Semuanya boleh ikut dan proses interaksi pun terjadi di dalam bus, sehingga sangat terasa sekali perjalanan pulang kampung.
Sedangkan pada bus ekonomi tidak ada larangan untuk merokok di dalam bus, sehingga juga akan berpengaruh terhadap minat penumpang yang relatif lebih banyak dari pada bus patas. Selain itu, yang membuat orang lebih suka naik bus ekonomi adalah ongkos yang lebih murah. Dan menurut sepengetahuan penulis ketika membandingkan antara kedua macam bus tersebut, sebenarnya bus ekonomi lebih sosialis dari pada patas, karena dapat dirasakan oleh semua kalangan baik pengamen, penjual, bahkan pengemis pun dapat masuk ke bus ekonomi ini. Semuanya boleh ikut dan proses interaksi pun terjadi di dalam bus, sehingga sangat terasa sekali perjalanan pulang kampung.
Jika
dipresentase, ternyata minat penumpang pada bus ekonomi lebih banyak dari
penumpang pada bus patas, sekitar 70% : 30%. Hal ini disebabkan karena
mayoritas penumpang yang keadaan ekonominya menengah ke bawah. Toh walaupun ada
kalangan yang ekonominya menengah ke bawah ikut patas karena terpaksa misalnya tidak
ada bus lain selain patas, jadinya mau tidak mau harus ikut. Sehinggga wajar
kalau penumpang pada umumnya lebih suka dan memilih bus ekonomi. Dari realitas
tersebut, sedikit demi sedikit bus patas semakin berkurang dan lebih memilih
untuk mengganti status busnya menjadi bus ekonomi. Dan jika kita lihat di
terminal sudah tidak sedikit bus di terminal yang status sebelumnya patas
menjadi ekonomi.
Jika
boleh jujur, penulis sendiri tidak terlalu membedakan harus naik bus ekonomi
ataupun patas. Namun dikarenakan teman yang berasal dari daerah yang sama lebih
suka naik bus ekonomi karena lebih murah dan bila dipikir lagi perbedaanya juga
tidak terlalu jauh dengan patas. Hal serupa yang sering diungkapkan oleh-oleh
teman adalah “tidak boleh merokok”, walaupun penulis sendiri sama sekali tidak suka merokok. Sekali lagi alasannya
karena bus ekonomi benar-benar ekonomis, apalagi bagi mahasiswa yang uangnya
memang pas-pasan dan hanya cukup untuk pulang kampung.
Poin
yang perlu diperhatikan dari tulisan ini adalah tidak ada unsur provokatif
namun memang berdasarkan realitas di lapangan, tidak bermaksud untuk
memprovokasi para penumpang yang sebelumnya sering ikut patas untuk pindah dan
lebih memilih bus ekonomi. Semuanya kembali kepada diri penumpang masing-masing,
apalagi sebagian orang sudah banyak menggunakan motor sendiri atau bahkan
travel untuk bepergian. Yang jelas kedua macam bus tersebut sama-sama memiliki
kekurangan dan kelebihan.
Komentar
Posting Komentar