Kebisingan sebagai Pencemaran Udara
Kebisingan
bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau suara keras
yang tidak menyenagkan atau tidak terduga. Kebisingan berasal dari
kegiatan manusia seperti penggunaan alat transportasi dan aktifitas
industri. Dampak dari kebisingan ini bukan hanya pada kota – kota besar
tetapi kota kecil dan desa yang lokasinya di dekat tempat industri juga
ikut terpengaruh. Masalah ini semakin lama menjadi semakin besar akan
tetapi masalah ini kurang mendapat perhatian bahakan di negara maju
sekalipun. Meskipun polusi bisa menjadi pembunuh bagi manusia akan
tetapi usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini sangatlah
sedikit. Kebisingan bisa mempengaruhi kesehatan manusia seperti
menyebabkan hipertensi, menggagu tidur dan bisa menghambat kemampuan
kognitif pada anak – anak. Bahkan yang paling parah bisa menyebabkan
ganguan pada memori atau gangguan kejiwaaan. Masalah ini suadah tersebar
hampir di seluruh dunia salah satu contoh India. Di India masalah ini
sudah menyebar luas. Beberapa studi melaporkan tingkat kebisingan di
kota metropolitan sudah melebihi batas standar yang mengakibatkan para
penduduk menjadi tuli dan studi yang dilakukan oleh Sigh dan Mahajan di
kalkuta dan dehli menemukan tingkat kebisingan di kota itu mencapai 95dB
padahal ambang batas hanya 45dB.
Studi
lain yang dilakukan Murli dan Murthy menemukan bahwa lalu lintas di
Vishakhapatanam melebihi 90dB dan hal ini biasanya terjadi di pagi hari.
Masalah ini bukan hanya terjadi di India saja. Efek dari kebisingan
sudah cukup mengkhawatirkan terbukti dari tingkat kebisingan 40dB yang
melebihi perkiraan WHO yaitu 30 – 35 dB.
Di
India penanganan polusi udara sangatlah rendah karena masyarakatnya
menganggap masalah ini bukanlah sebuah polutan. Dan sebuah survei yang
dilakukan oleh Pengendalian Pencemaran survei Badan Pusat (CPCB)
menunjukkan bahwa di Delhi, tingkat kebisingan melebihi batas yang
diizinkan. Demikian pula, sebuah studi oleh NEERI telah mengungkapkan
bahwa tingkat kebisingan di perumahan, kawasan komersial dan industri
dan zona diam Delhi dan kota-kota DKI jauh melebihi standar yang
ditetapkan. Tingkat kebisingan rata-rata di Delhi adalah 80 dB sedangkan
batas yang diijinkan adalah 55dB. Bombay juga meraskan dampak dari
tingkat kebisingan yang tinggi. Shetye (1980) memperkirakan bahwa
tingkat kebisingan di lokasi yang ramai di Bombay hampir dua kali lipat
dari standar perumahan di sebagian negara (45dB
siang hari dan pada malam hari 35dB). Bukti dari meningkatnya polusi
suara adalah adanya peningkatan pengaduan kepada polisi. Akan tetapi
dengan banyaknya urbanisasi dan industrialisasi yang terjadi semakin
memperumit masalah sehingga masalah ini makin sulit diselesaikan.
Sumber kebisingan
Ada
beberapa sumber kebisingan, diantaranya yaitu sumber polusi suara
seperti lalu lintas kendaraan, lingkungan, peralatan listrik, TV dan musik sistem, sistem alamat publik, kereta api dan udara, lalu lintas,
dan bahkan kita juga menjadi korban kebisingan yang dihasilkan oleh
peralatan rumah tangga yang digunakan oleh kita. Sebagian besar korban
polusi suara adalah orang yang tinggal di kota metropolitan atau
kota-kota besar dan mereka yang bekerja di pabrik.
Dalam
suatu pelajaran telah diteliti mengenai polusi suara dan dampaknya bagi
kehidupan manusia. Sebuah hasil Survei crossscection di Dehli
mununjukan bahwa sumber utama penyebab polusi udara adalah bunyi
pengeras suara dan bunyi
kendaraan. Namun jika dilihat dari segi jumlah wanita lebih banyak yang
terkena dampaknya daripada lelaki. Polusi udara ini mengakibatkan
ganguan komunikasi, sulit tidur dan kurangnya efisiensi. Yang paling
ekstrim polusi ini bisa menyebabkan tuli dan gangguan
mental. Banyak keluhan yang telah diterima pemerintah ataupun polisi
mengenai masalah ini dan sebagai cara untuk mengatasinya dipilih cara
memberikan pendidikan atau penyuluhan bagi publik sebagai cara terbaik.
Efek dari kebisingan
Tak diragukan lagi bahwa suara memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia. Kebisingan dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran, stres, tekanan darah tinggi, kurang tidur, gangguan
produktivitas, dan penurunan umum dalam kualitas hidup. Sulit untuk
mengukur efek dari kebisingan, hal ini dikarenakan adanya perbedaan
latar belakang masyarakat dan jenis kebisingan yang beragam. Dalam
sebuah penelitian ,penggunaan pengeras suara atau klakson pada kendaraan
bermotor di kehidupan sosial di India maupun di upacara keagamaan dapat
membahayakan kesehatan penduduk perkotaan. Dampaknya yaitu dapat
menyebabkan tuli, gangguan saraf, gangguan mental, masalah jantung,
tekanan darah tinggi, pusing dan bahkan insomnia (Bhargawa, 2001).
Paparan polusi suara melebihi 75 desibel selama lebih dari delapan jam
sehari untuk jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran.
Semakin tinggi tingkatan polusi suara dengan intensitas kebisingan dan periode paparan dapat semakin memperparah kondisi kesehatan manusia. Bunyi
suara seperti ledakan yang sangat keras dengan tingkat intensitas
melebihi 150 dB dapat menyebabkan sensasi dering yang disebut ‘Tinnitus’
dan dapat merusak pendengaran secara permanen. Secara umum sekitar 1
persen dari populasi menderita kebisingan yang disebabkan oleh polusi
suara. Nagi, (1993) menemukan bahwa tingkat kebisingan diproduksi oleh
peralatan rumah tangga dan peralatan kadang-kadang mencapai hingga 97 dB
yang lebih dari dua kali lipat diterima (45dB). Kebisingan yang
berlebihan bisa membawa beberapa efek buruk seperti perasaan
jengkel, gangguan bicara, gangguan tidur, stres mental, sakit kepala,
dan kurangnya daya konsentrasi. Demikian pula Singh (1984) mencatat
bahwa pekerja yang terpapar kebisingan tingkat tinggi memiliki insiden
yang lebih tinggi dari peredaran darah, penyakit jantung, hipertensi, tukak bisul, dan neurosensorik dan gangguan motorik.
Mereka
yang tinggal di dekat jalan yang sibuk tidak bisa mendengar satu sama
lain dan dengan demikian tidak dapat menghubungi untuk propagasi
(Deutche Presse-Agentur, 2003). Kita bisa memvisualisasikan bahwa
kebisingan dapat mengganggu komunikasi, mengganggu tidur dan mengurangi
efisiensi individu. Mayoritas responden sampel terkena terjadinya
laporan polusi suara dari jengkel dan gangguan pendengaran. Sebanyak 35%
melaporkan tuli dan hampir sebanyak itu juga melaporkan gangguan
mental. Survei Data menunjukkan bahwa efek kebisingan tidak sama di antara berbagai kelompok umur.
Umumnya,
semakin berusia semakin banyak dan sering terkena paparan polusi suara.
Sebagai contoh, meningkatnya proporsi sampel responden dalam kelompok
usia yang lebih tinggi mengakui depresi, sulit tidur dan efek memekakkan
telinga. Sebagian besar responden
merasa bahwa kebisingan mengganggu komunikasi antar individu. Efek yang
paling ekstrim (yakni gangguan mental dan tuli) yang diakui oleh
sepertiga dari populasi survei.
Namun, ada kejadian yang jauh lebih tinggi dari tuli efek pada orang tua (di atas 60 tahun usia). Lebih
lanjut, pada tabel menunjukkan bahwa psikosomatik (misalnya depresi,
tidur) dan fisiologis (tuli) gangguan diakui oleh sebagian kecil
responden (54% di berbagai kelompok umur) mengakui efek buruk dari
kebisingan yang dihasilkan oleh lingkungan. Sebuah proporsi yang hampir
sama responden (58%) di berbagai kelompok usia mengklaim bahwa suara
yang berasal dari agama fungsi mempengaruhi mereka. Secara umum,
terlepas dari pengeras suara dan mobil, fungsi agama, serta lingkungan
bertindak sebagai sumber yang signifikan dari polusi suara.
Dengan
demikian, kota metropolitan menjadi korban baru dari polusi suara.
Selanjutnya, kita dapat meneliti apakah sumber polusi suara memiliki
pengaruh beda terhadap penduduk laki-laki dan penduduk perempuan.
Solusi mencegah kebisingan
Beberapa
metode telah di kembangkan untuk mengendalikan tingkat kebisingan.
Pertama dengan mendesain mesin/peralatan dengan kebisingan rendah. Kedua
memberikan pengahalang untuk mengontrol kebisingan, ketiga melindungi
reseptor suara seperti membuat bangunan yang bisa mengisolasi kebisingan
dan membuat badan pesawat yang kedap suara. Selain dari teknologi bisa
dilakukan dengan mengatur penggunaan mesin/peralatan. Meskipun belum ada
peraturan yang jelas dari pemerintah tapi langkah ini bisa disebarkan
dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat. Untuk membuat India
menjadi tempat tujuan pariwisata kelas dunia, maka pengembanagn dan
pelaksanaan program pengendalian kebisingan harus segera dilakukan
karena untuk mengatasi masalah ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Salah
satu langkah yang telah diulakukan adalah dengan penilitian dengan
mengidentifikasi sumber suara yang membuat polusi suara. Selain itu,
penelitian ini mengeksplorasi efek kebisingan pada publik dan reaksi
publik terhadap masalah ini. Dan bukti yang dikumpulkan melalui
penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan sesuai hukum dan
membuat aksi publik.
Beberapa
negara maju berinisiatif untuk mengatasi masalah ini. Sebagai contoh
Amerika Serikat membuat situs yang menyebutkan bahwa orang yang
menyebabkan kebisingan tidak akan mendapat toleransi. Belanda juga telah
mengelurkan larangan membangun rumah di mana tingkat kebisingan dalam
24 jam di tempat itu rata – ratanya melebihi 50dB. Di Inggris ada
Undang-Undang yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah dapat menyita
peralatan yang membuat kebisingan di malam hari. Hal terbaru yang
terjadi adalah beberapa negara mengembangkan teknologi aspal porus yang
dapat mengurangi kebisingan lalu lintas hingga 5dB.
Komentar
Posting Komentar